Landasan Filosofis Pendidikan Dasar
Pada pertemuan ke dua Prof. Tafsir menjelaskan tentang : Bila berbicara filsafat pendidikan dasar berarti berbicara pemikiran tentang sesuatu yang mendalam dalam pendidikan dasar, karena pada hakikatnya filsafat pendidikan dasar berarti juga membicarakan tentang hakikat manusia yang harus dididik dalam tingkat Pendidikan Dasar.
Filasat pendidikan adalah pemikiran yang mendalam tentang pendidikan, karena filsafat pendidikan adalah bagian dari filsafat yaitu berpikir tentang sesuatu yang tidak ada data empirisnya. Dalam filsafat pendidikan dibicarakan tentang hakikat manusia, hakikat manusia yang mendidik di Pendidikan Dasar.
Berbicara tentang hakikat manusia, ada dua konsep dalam filsafat, filsafat barat dan Islam. Menurut filsafat barat, konsep manusia itu ada dua “hayawan dan natiq” dengan kata lain jasmani dan rohani. Menurut Aristoteles manusia itu “Human Rationale” artinya manusia yang punya pikir. Menurut Socrates manusia itu “Animal Rationale” manusia yang punya akal untuk berpikir.
Dalam konsep Islam, wujud manusia itu ada tiga “Hawayan, Natiq dan Akal” Ibaratnya manusia itu segitiga sama kaki. Ada tiga komponen dalam diri manusia yang harus dikembangkan secara proporsional, artinya harus sesuai dengan kebutuhan dari masing-masing komponen atau sesuai dengan perkembangan dan pertumbuhan dari manusia itu sendiri. Jadi apa yang harus lebih dulu di isi atau dididik rohani, akal atau jasmani. Inti harus diisi sesuai dengan kebutuhannya, jangan sampai ketiga inti diisi secara bersamaan karena tidak sesuai dengan fitrah manusia.
Belajar tentang manusia di Pendidikan Dasar sama halnya dengan belajar tentang hakikat manusia itu sendiri. Bagi kita konsep Islam lebih tepat dan sesuai dengan filsafat manusia itu sendiri. Bagi kita konsep Islam lebih tepat dan sesuai dengan falsafah hidup umat muslim. Ada tiga hal yang sangat esensial dalam konsep ini:
Rohani adalah sesuatu yang akan kembali ke Tuhan dan akan diminta pertanggungjawabannya kelak nanti di akhirat.
Sementara Jasmani sesuatu yang berwujud fisik, itu berada dalam tanah dan Akal, ada di kepala sebagai suatu kelebihan manusia dari makhluk lain sebagai ciptaan Tuhan.
Dalam filsafat barat, hanya ada dua hal yang esensial yaitu jasmani dan rohani. Kita tahu, akal disimpan di kepala, lalu rohani di mana? Adakah wujud rohani? Dalam filsafat Barat tidak dipelajari karena sulit dipahami. Karena rohani hanya bisa dipelajari dalam agama, dan rohani juga hanya bisa dipelajari dengan akal. Sehingga bisa dipahami menurut agama dan tidak dalam filsafat. Akal yang hebat mengakui adanya rohani. Jika kita pelajari filsafat Immanuel kant, dia meyakini keberadaan Tuhan dan Akal, JJ. Rousseau saja tidak disebut filosof besar karena tidak paham buku Kant, dan kita juga jangan sampai memahami filsafatnya Mark dengan “Atheis”nya, menurut filsafatnya “Tuhan tidak hidup dalam hati manusia dan tidak berpengaruh terhadap hidup manusia.”
Menurut Kant, keberadaan Tuhan itu Antiomi. Keberadaan Tuhan sama porsinya secara aqliyah dengan ruang dan waktu. Lalu waktu itu apa? Ruang itu apa? Sejak kapan ada ruang dan waktu? Jika didefinisikan, waktu adalah masa di mana tempat makhluk itu hidup, atau jarak antara dua kejadian. Sedangkan ruang merupakan jarak antara dua benda. Ibu Taimiyah mengakui adanya waktu. Waktu itu Wal awwalu wal akhiru, jika demikian kedudukannya sama dengan Tuhan. Mengkaji ruang dan waktu tidak ada ujungnya. Istilah “Antinomi”, sesuatu itu bisa dibuktikan dengan argumen yang sama kuatnya. Kant berkata “Berikan sekeranjang argumen tentang keberadaan Tuhan, maka aku akan membawa sekeranjang argumen tentang ketidakberadaan Tuhan”, argumen tentang filsafat Barat dan islam jika dipahami secara falsafi akan memiliki argumen yang keduanya sama kuat.
Kembali ke hakikat manusia, manusia itu apa? Hewan itu apa? Bagaimana dengan malaikat? Konsekuensinya dari ketiga komponen terhadap filsafat pendidikan itu apa? Apakah malaikat berakal? Memahami malaikat tidak bisa dijawab dengan akal saja, karena merupakan sesuatu hal yang spekulatif yang harus diyakini dengan hati dan agama. Dalam filsafat ada senjata bagi orang untuk berargumen, sehingga filsafat bisa diterima banyak orang. Karena dengan logika filosof bisa berkomunikasi tanpa data, tetapi punya ukuran atau acuan.
Dengan berpikir merupakan kunci “berlogika” dan “akal” sebagai alat untuk berpikir secara logis artinya berpikir yang masuk akal.
Begitu pula berpikir tentang hakikat manusia, di mana manusia adalah makhluk yang ada jasmani, rohani dan akal, yaitu makhluk yang punya pemikiran yang masuk akal. Jika manusia itu jasmani, rohani dan akal, inti dari diri manusia itu apa? Jika ketiga komponen itu inti, membuktikan bahwa manusia itu sudah dididik. Jika intinya satu maka manusia akan mudah dididik.
Jadi yang paling hakiki dari manusia itu adalah “Rohani”. Sehingga bisa fokus dalam pendidikan. Logikanya inti itu bagus untuk mendapat pendidikan lebih dulu, sehingga inti yang lain mengikuti sesuai dengan porsinya. Kita sadar kinerja rohani lebih diutamakan. Segala ide dan perbuatan tergantung kepada kinerja rohani. Dalam dunia sufi ada “qolbu” yang menggerakkan setiap gerak-gerik manusia.
Seulas Kata Tentang HAKIKAT MANUSIA
Sebagai umat muslim, hendaknya kita cenderung kepada filsafat dalam Islam, yang meyakini bahwa manusia memiliki tiga komponen, “Jasmani, Rohani dan Akal”. Ketiga komponen tersebut akhirnya akan kembali kepada sang khaliq untuk mempertanggungjawabkan kinerja ketiga komponen dari hakikat manusia di akhirat kelak.
Meskipun Imanuel Kant meyakini bahwa rohani sulit dijelaskan, karena dalam manusia ada instansi lain yaitu “rohani” yang sulit dijelaskan seperti halnya malaikat. Karena dalam Islam malaikat bisa diyakini dengan hati dalam agama. Sementara filsafat tidak meyakini adanya akal untuk berpikir dalam meyakini adanya sesuatu hal yang sifatnya gaib atau supranatural.
Manusia sebagai wujud dari komponen Jasmani, Rohani, dan Akal merupakan makhluk yang memiliki pemikiran yang masuk akal. Karena manusia memiliki tiga inti yang harus dipersiapkan untuk dididik. Dalam Islam tiga hal yang esensial merupakan modal utama dalam mempersiapkan manusia yang sempurna dunia akhirat. Hal yang sangat mendasar dalam mempersiapkan manusia yang sempurna menurut konsep Islam adalah “Pendidikan”. Dengan pendidikan manusia menjadi sadar akan fungsi dan tugas dirinya sebagai makhluk ciptaan Tuhan, sehingga faham tentang hakikat hidup.
Adanya pendidikan, mendorong manusia untuk menggunakan akal, berpikir secara logis, meyakini segala sesuatu yang berasal dari Tuhan. Dengan rohani manusia memiliki rasa peka, empati dan yakin terhadap kebenaran. Logikanya “rohani” merupakan inti yang paling tepat untuk didahulukan dalam mendapatkan pendidikan.
Mengomentari masalah “Antinomi”, sebenarnya tidak ada ujungnya. Sama halnya ketika seseorang berfilsafat, penuh dengan argumen yang tidak ada ujungnya. Dalam istilah “Antinomi” keberadaan Tuhan identik dengan ruang dan waktu. Jika demikian kedudukan tuhan sama dengan ruang dan waktu, karena dalam filsafat ruang dan waktu itu tidak terbatas. Sementara dalam konsep Islam, ruang itu adalah makhluk, waktu juga merupakan makhluk Tuhan, posisinya sejajar dengan manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Sehingga ruang dan waktu dikendalikan oleh sang Khaliq, dan setiap makhluk harus tunduk terhadap aturan baku dari sang Khaliq. Meskipun manusia diberi kebebasan dalam merubah ketentuan yang telah ditentukan Tuhan dalam hidupnya dengan menggunakan akal dan pikirannya sebagai kerjasama antara jasmani dan rohani dalam memberikan yang terbaik untuk diri dan Tuhannya melalui Pendidikan.